Dari Sam Edy Aku Belajar Resensi

Sudah lama saya ingin bisa meresensi buku. Hanya saja banyak keterbatasan yang membuat hal itu urung saya lakukan. Keinginan itu menguat Mei 2019 lalu, saat obrolan via chat dengan Mas Untung Wahyudi.
Dari Sam Edy Aku Belajar Resensi

Siapa pula ia? Untung Wahyudi adalah salah satu peresensi yang cukup aktif, berasal dari Madura. Awalnya saya tertarik dengan resensi-resensinya yang dimuat di beberapa media massa. Akhirnya saya beranikan membuka obrolan melalui chat FB.

"Baca-baca di blog Jenengan,  kapan ngadakan kursus resensi lagi, Mas?" Tanyaku waktu itu.

Mas Untung sendiri sebenarnya tak hanya meresensi, cerpen dan opini juga menghiasi media massa negri ini. Melalui blognya https://untungmadura.wordpress.com/ saya bisa membaca koleksi karyanya yang terbit di berbagai media massa.

Tetapi sepertinya jalan takdir memang belum mengijinkan saya belajar bersamanya. Melainkan dengan temannya, Sam Edy Yuswanto, penulis yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Bekerjasama dengan Diomedia, Sam Edy akan berbagi pengalaman, dan mengajak kita belajar bareng melalui Grup Whatsapp.

Sebelum kelas dimulai, masing-masing peserta mendapatkan materi tentang resensi. Diawali dari apa itu resesensi, langkah meresensi, hingga bagaimana caranya mengirim resensi ke media massa, lengkap degan alamat medianya. Lantas buku siapa yang akan diresensi? Bebas.

Untuk berlatih meresensi, peserta bebas meresensi dengan buku apa saja. Akan tetapi dari Diomedia memberikan fasilitas sebuah buku terbaru, untuk berlatih meresensi. Buku dikirim sebelum kelas resensi dimulai. Harapannya ketika kelas dimulai peserta dapat mengikuti secara maksimal. Syukur-syukur resensi peserta bisa dikirimkan ke media massa dan dimuat.
Point utama yang saya dapat dari Mas Edy tentang kiat produktif meresesnsi buku, ada dua:

Kiat produktif meresensi buku ala Sam Edy

  • Pertama, banyak-banyaklah baca buku-buku terbaru. Segera tuliskan resensinya, setelah itu kirim ke media massa. Setelahnya, baca buku terbaru lainnya, tuliskan resensinya dan kirim ke media massa yang lain. Begitu seterusnya. Intinya, siapa yang paling banyak membaca buku, meresensi, dan sering mengirinkannya ke media massa, maka peluang sering dimuat pun akan lebih besar. 
  • Kedua, buat beberapa versi resensi. Misal buku A, dibuat dua hingga tiga versi yang berbeda. Berbeda baik judul dan isinya. Setelah itu, kita kirimkan tiga versi resensi tersebut ke tiga media massa berbeda. Tentunya isi resensi antara versi satu dengan versi lainnya berbeda.


Yang perlu diperhatikan, jangan sampai kita menyengaja mengirim satu tulisan yang sama untuk beberapa media massa sekaligus. Hal ini akan beresiko nama kita akan di blacklist oleh media massa tersebut.

Saya meyakini bahwa menulis adalah sebuah keterampilan. Menulis cerpen, resensi, puisi, cerkak, geguritan dan berbagai tulisan lain, tak serta merta kita akan mahir menulis itu semua dengan sekali proses. Perlu banyak latihan, dan perlu banyak menulis. Namun setidaknya dari Sam Edy, saya belajar menulis resensi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel