Celengan dari Barang Bekas, Antarkan Sukoharjo Pecahkan Rekor MURI

Sabtu, 30 Maret 2019, merupakan hari yang mengesankan untuk anak saya. Anak pertama saya yang saat ini belajar di salah satu PAUD di Kartasura, merasa senang sekali bisa ikut kegiatan di Tingkat Kabupaten. "Lomba Celengan Yah", ucapnya polos. Sejatinya kegiatan yang akan ia ikuti adalah Pemecahan Rekor MURI PAUD Kabupaten Sukoharjo.

Celengan dari Barang Bekas, Antarkan Sukoharjo Memecahkan Rekor MURI
Senior Manajer Rekor MURI Dunia Indonesia, Sri Widarti saat memberikan piagam rekor MURI kepada Bunda PAUD Kabupaten Sukoharjo, Etik Suryani, di Gedung PGRI Sukoharjo, Sabtu (30/3/2019).
Sumber: TRIBUNSOLO.COM

Bunda PAUD Kabupaten Sukoharjo, Ibu Hj. Etik Suryani, SE, kepada Tribunsolo.com menyampaikan, bahwa pihaknya mempersiapkan kegiatan ini selama satu minggu. Dalam kegiatan menampilkan celengan dari barang bekas tersebut, tercatat 7.662 pasangan. Pasangan anak dan pendampingnya hadir pada event tersebut, lengkap dengan karya mereka.

Event serupa, pernah diadakan Provinsi Jambi, 2015 silam. Sebanyak 3.500 pasang hadir dalam acara tersebut. Senior Manajer Rekor Muri Dunia Indonesia, Sri Widarti mengatakan Kabupaten Sukoharjo berhasil mengalahkan Kabupaten Jambi, yang sebelumnya memegang rekor tersebut. Hal ini karena Sukoharjo dua kali lipat lebih banyak, padahal 10% lebihnya dari Jambi saja, sudah bisa mengalahkannya.


Ide Pembuatan Celengan

Kakak, begitu panggilan akrab kami menyebut anak pertama saya itu, membuat celengan bentuk rumah, dengan bahan dasar kardus bekas. Sedangkan bunda, panggilan kami untuk istri saya, membuat celengan bentuk minion dari bekas wadah sosis. Mereka berkolaborasi membuatnya, saya bantu sekadarnya saja.

Awalnya kami tak punya ide membuat celengan. Kemudian saya dan istri, memiliki inisiatif mencari di internet dan youtube. Alhasil, ketemulah ide membuat bentuk seperti itu, bentuk rumah dan minion.

Celengan dari Barang Bekas, Antarkan Sukoharjo Memecahkan Rekor MURI
Dokumentasi Pribadi
Ada yang menarik dari event ini. Anak saya yang nomor dua, merengek minta dibuatkan juga. Akhirnya hari berikutnya, kita buat lagi celengan rumah, serupa dengan milik kakaknya. 

Anak saya yang kedua, meski belum sekolah, akan tetapi lagaknya sudah seperti kakaknya. Selayaknya anak sekolahan, ia kami belikan seragam dan perlengkapan sekolah. Tiga stel seragam sekolah persis punya kakaknya, ia punya. 

Pada event MURI itu juga, adek (panggilan anak saya yang kedua) ikut. Pasalnya tak ada kawan di rumah. Terpaksa ia ikut memeriahkan acara itu. Saya sendiri tak bisa ikut antar, karena ada undangan dari Dinas P dan K Kabupaten, terkait perubahan data Pergantian Kepala Sekolah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel